Belakangan ini beredar beberapa
video yang mempertontonkan beberapa publik figur yang terang-terangan
menganggap corona adalah sebuah konsiprasi. Corona virus epidemic 2019 atau
yang kita kenal dengan istilah COVID 19 ini bermula dari kota wuhan China.
Virus ini begitu cepat menyebar
ke seluruh dunia dan menggangu sendi-sendi kehidupan manusia. COVID 19 juga
menyerang negara-negara adidaya dan negara-negara yang miliki sejarah panjang
peradaban. Seperti negeri paman sam Amerika dan negeri pada gladiator Italia.
Semua negara di dunia kalang kabut
jadinya, demikian pula Indonesia. Sebagai negara yang baru lepas dari titel negara berkembang. Indonesia tentu baru saja ingin menikmati dan menata lebih
rapi konsep bernegara. Baik dari segi pendidikan, budaya dan ekonomi. Namun apa
bisa dikata, COVID 19 meluluh lantakan rencana itu semua.
Indonesia yang di awal tahun
optimis bahwa corona tidak akan mampu menembus Indonesia. Bahkan para menteri sangat confident bahwa imun atau daya tahan tubuh masyarakat Indonesia
sangat mendukung dan kebal akan virus corona. Ada juga yang berkelakar bahwa
negara tropi seperti Indonesia tidak mendukung menyebaran virus ini. Namun kini
berubah menjadi kepanikan sosial yang menjamur.
Sudah hampir 3 bulan semenjak diumumkan virus
ini masuk ke Indonesia. Pemerintah dengan segala kemampuan mengajurkan
masyarakat untuk melakukan budaya hidup bersih, menjaga jarak aman, menggunakan
masker dan mengurangi aktifitas di luar rumah.
Dan sudah sampir satu bulan pemerintah
mengeluarkan peraturan pembatasan sosial berskala besar. Yang berimbas pada
segala lini kehidupan dan yang sangat terasa adalah dampak ekonomi masyarakat.
Tak sedikit para pekerja yang mengalami pemutusan kontrak kerja karena
perusahaan mengalami pengurangan pemasukan atau bahkan devisit.
Ditengah tekanan yang tak tahu
kapan akan berakhir, kini masyarakat disuguhkan beberapa tokoh mengatakan adanya
sebuah konspirasi dari penetapan pandemic terhadap virus corona. Hingga kita
masyarakat menjadi bingung apa yang sebenarnya terjadi.
Baca Juga : Apa saja yang mesti dilakukan di masa new normal atau normal baru
Baca Juga : Apa saja yang mesti dilakukan di masa new normal atau normal baru
Mengenal Teori Konsiprasi
Konspirasi dalam kamus besar
bahasa Indonesia bermakna persekongkolan atau orang merencakan sebuah kejadian
yang dilakukan dengan sangat rapi dan bersifat rahasia. Menurut Karen Douglas
yang merupakan professor psikologi dari University of Kent teori konsipirasi
berkembang dimasa krisis seperti ini. Menurutnya sebuah fenomena besar tentu
membutuhkan penjelas yang besar pula. Dan penjelas kecil selalu tidak memuaskan
para pendengar.
Teori konspirasi terasa begitu
masuk akal karena condong menyalahkan oknum-oknum atau pihak-pihak yang selama
ini menjadi musuh bersama dan ditakuti keberadaanya.
Pakar teori konspirasi Joseph
Uscinski yang juga seorang ilmuwan politik dari Univesity of Miami mengatakan
bahwa kencendrungan untuk menuding pihak lain sebagai pihak yang paling
bertanggung jawab penyebab krisis bukan hal yang baru dalam politik global. Hal
ini terjadi karena tokoh yang berpengaruh dengan banyak pengikut mengunakan narasi-narasi
berbau teori konsiprasi. Dan yang kedua, rendahnya kepercayaan publik terhadap
institusi resmi pemerintah.
Maka teori konspirasi bisa
menjadi indikator ketidak percayaan masyarakat kepada pemerintah. Semakin
banyak orang yang “mengamini” teori konspirasi berarti semakin banyak orang
yang putus asa pada kebijakan pemerintah.
Menyikapi menyebarnya teori
konspirasi ditengah pandemic ini kita juga masih harus berjaga-jaga. Karena sampai detik ini belum ada bukti yang jelas akan tuduhan-tuduhan beberapa public figure
tersebut. Sambil menunggu pembuktian yang mereka akan lakukan, sebaikan kita
mulai belajar bagaimana caranya untuk tetap menjalani kegiatan di masa normal
baru.