Sejarah Pendidikan secara teologi
Pendidikan adalah sistem yang hadir bersamaan dengan kehadiran
manusia. Dalam teologi agama samawi. Setelah fase penciptaan Adam, Tuhan
mengajarkan Adam tentang nama-nama. Dalam proses tersebut sistem pendidikanpu
terjadi. Ada guru, siswa, kurikulum, tempat, tujuan.
Kurikulum yang paling awal adalah mengenal nama-nama. Tujuan
dari pembelajaran untuk membuktikan kepantasan diri menjadi khalifah yang di
tujuk untuk bertugas muka bumi. Khalifah secara harfiah banyak yang mengartikan
sebagai pemimpin. Namun makna luas dari khalifah bisa juga sebagai seorang perwakilan.
Demikianlah tugas manusia dibumi adalah untuk “mewakili” Tuhan.
Sebagai perwakilan tentu harus menguasai ilmu pengetahuan yang harus pula terinternalisasi. Demikian tuhan
mengajarkan nama-nama. Dalam teologi ada juga tokoh iblis sebagai murid
pembangkang.
Iblis pada awal kisahkan sebagai makhluk yang taat, kecerdasan
yang di miliki luar biasa. Namun titik dari pendidikan bukanlah kecedasan semata.
Ia harus terimplemtasikan pada diri sebagai sikap.
Sikap inilah yang dapat menjadi tolak ukur orang dapat
dikatakan berilmu. Ilmu yang terinternalisasi pada diri akan memancarkan keilmuan
itu sendiri. Memetik istilah seorang filosof muslim Surawadi dalam teori paripatetik,
“lampu pijar hanya akan memancarkan isi yang ada didalamnya, sikap adalah
patulan dari pemikiran.”
Hingga dari Adam, ia mengajarkan putra dan putrinya tentang apa
yang diterima dari Tuhan. Begitu terus-menerus. Maka sistem pendidikan agama
menjadi sistem pendidikan paling tua, sekaligus pertama yang ada sebelum yang
lainnya.
Sejarah mencatat tujuan pendidikan awalnya bukan untuk melakukan
riset, menambah mengetahuan dan lainnya. Namun pendidikan bertujuan untuk
mengajarkan sebuah kepercayaan dari orang tua kepada anak-anak untuk persoalan spiritual.
Dengan demikian inti dari pendidikan adalah mengajarkan manusia
tentang hakikat manusia sebagai makhluk yang bertujuan. Dan dalam proses
diberikan kepercayaan untuk menjaga bumi dari kerusakan. Sampai-sampai karena
kepercayaan tersebut manusia diberi gelar “khalifah”