Mulai dari diri 1.3 – Sugeng Riyanto #4 catatan harian guru penggerak
Refleksi 1 gambaran tentang murid 5 – 10 mendatang.
Jika kita bicara pendidikan maka kita akan bicara tentang
masa lalu, masa kini, dan masa depan. Masa lalu diwakili dengan guru sebagai
seorang pendidik. Masa kini atau sekarang diwakili oleh pelajaran kontekstual
yang terjadi atau materi pembahasannya. Sementara masa depan diwakili oleh
murid.
Murid adalah anak-anak ideologis para gurunya. Pemahaman,
cara pandang, pola pikir guru secara langsung akan menjadi barometer (tolak
ukur). Hal itu terjadi begitu lama dan panjang dalam proses pembelajaran hari
demi hari. Dengan demikian tak heran murid akan berprilaku menyerupai gurunya
dalam memandang, menganalisis dan bersikap tentang suatu hal dan permasalahan.
Murid sejatinya memiliki kodrat serta takdirnya
masing-masing. Walaupun sudah menjadi kodrat dan ketetapan. Namun banyak hal
yang mempengaruhi sebelum semua itu menjadi kodrat atau takdir. Salah satunya
adalah harapan.
Harapan adalah kunci dari semangat. Meminjam istilah group
band Nidji “mimpi adalah kunci” yang dalam hal ini mimpi dan harapan memiliki
sebuah kesamaan. Keduanya tentu ingin sebuah kebahagiaan dan keselamatan
hakikih.
Maka, jika kita bicara harapan guru tentu kita akan bicara
tentang masa depan. Jika kita bicara tentang masa depan maka yang terlintas
adalah “murid”. Mengapa murid? Karena mereka yang memegang masa depan.
Bicara tentang harapan ada beberapa harapan yang diam-diam
tertanam dibenak saya kepada murid-murid saya 5 sampai 10 tahun kedepan.
Harapan tersebut diantaranya akan saya coba tuangkan pada refleksi 1 ini.
Pertama adalah harapan pada murid saya sebagai
individu. Sebagai seorang individu saya berharap mereka memiliki sikap berani,
kritis, kreatif, inovatif, solutif, dan tidak pantang menyerah serta bertanggungjawab.
Mengingat kedepan zaman yang akan mereka hadapi adalah zaman yang penuh dengan
tantangan. Maka saya berharap empat sikap ini hadir dalam diri mereka.
Kedua adalah harapan pada murid sebagai kelompok
sosial. Sebagai manusia yang tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain
(kecuali tarzan) maka saya berharap mereka dapat menjadi pribadi yang hangat
ditengah masyarakat.
Saya berharapa 5 sampai 10 tahun kedepan mereka mampu
menjadi pemimpin di levelnya baik organisasi sekolah atau kepemudaan di
masyarakat. Mereka dapat berkerjasama dan berkolaborasi dengan orang-orang
sekitarnya untuk mendorong perubahan dan kemajuan. Menjadi pribadi yang anggun
dalam moral serta unggul dalam intelektual.
Kemampuan leadership yang dibarengi dengan keanggun dalam
moral serta unggul dalam intelektual saya harap menjadi oase citra pemuda
dalam hidup bermasyarakat yang belakangan mendapat steriotip negatif. Mengingat
kemajuan zaman sering menggerus nilai moral dan kepekaan sebagai makhluk sosial
kearah yang tidak diinginkan.
Refleksi 2 - Mimpi dan Keyakinan
Melanjutkan dari refleksi satu akhirnya, saya mencoba
mendalami diri dengan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang apa dan
bagaimana murid, saya, guru lain dan sekolah.
Saya memimpinkan murid-murid yang beriman, bertakqa,
berani (penuh percaya diri), bersemangat, penuh rasa ingin tahu, menjunjung
etika, moral, dan kepekaan terhadap perkembangan zaman. Murid yang memiliki
profil Pancasila (bertakwa kepada tuhan yang mahas esa dan berakhlak mulia, mandiri,
bernalar kritis, berbhineka global, bergotong royong, kreatif) mampu
berkompetitif dengan murid-murid dari negara lain.
Saya percaya murid adalah orang-orang yang berbeda
dengan saya. Mereka manusia-manusia yang dipilih dan terpilih. Dan kita
ditakdirkan untuk saling bertemu saling melanjutkan dan melengkapi gagasan dan
tindakan generasi sebelumnya kearah yang lebih baik.
Di sekolah, saya mengutamakan mengajarkan cara mereka
belajar dan bagaimana mereka mencintai “belajar”. Saya mencoba mengajarkan
bagaimana cara belajar yang tepat. Sebelum belajar saya melakukan test kecil
untuk mengetahui gaya belajar dominan yang dimiliki oleh anak. Lalu mencoba
memberikan penjelasan dengan bahasa yang ringkas dan mudah dipahami kepada
mereka dan orang tua mereka.
Murid di sekolah saya sadar betul bahwa pendidikan
adalah salah satu kunci mencapai harapan yang mereka cita-citakan. Banyak dari
mereka yang memiliki cita-cita yang kuat, namun mereka masih belum paham
bagimana cita-cita itu diraih dan apa saja yang harus dilakukan.
Saya dan guru disekolah saya yakin untuk terus
mendorong pada murid berani tampil menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Melalui pembelajaran di kelas maupun kegiatan di luar kelas kami berharap dapat
terus memberikan fasiltas untuk anak dapat mengembangkan bakatnya dengan
optimal.
Saya dan guru lain di sekolah saya paham bahwa setiap
orang memiliki keunggulan dan keterbatasan. Hal tersebut juga berlaku pada guru
sebagai seorang pendidik. Maka untuk mencapai tujuan kita harus saling berkerjasama
dengan baik.
Refleksi 3 - Visi dan Cita-cita
Apa makna pernyataan visi bagi Bapak/Ibu?
Visi adalah sebuah gagasan besar yang terus menerus
diusahakan agar tercapai. Sebuah visi merupakan sebuah kondisi yang sangat
ideal bahkan terkadang terdengar utopis. Namun visi bukan berarti tidak dapat
diwujudkan. Untuk mewujudkan sebuah visi maka kita membutuhkan beberapa misi.
Misi adalah beberapa fase atau tahapan yang harus dicapai untuk meraih “ke-ideal-an”
visi.
Apa harapan, cita-cita Bapak/Ibu untuk murid, rekan
pendidik, komunitas sekolah, kehidupan masyarakat di daerah Bapak/Ibu, dan
bangsa-negara Indonesia?
Selanjutnya, beberapa harapan yang saya coba tuangkan
kembali. Pertama, harapan saya kepada murid adalah menjadi sosok yang bertakwa
kepada tuhan, memiliki akhlak mulia, serta memiliki nilai kompetitif serta
kolaboratif terhadap lingkungan dan perkembangan zaman.
Harapan kedua adalah untuk rekan pendidik. Untuk mewujudkan
harapan kepada murid tentu tidak dapat dikerjakan sendiri dan bukan dalam waktu
singkat. Maka harapan saya untuk rekan pendidikan adalah mau dan semangat serta
istiqomah dalam berkolaborasi dan mengeksplorasi gagasan yang berorientasi pada
kepentingan dan perkembangan murid.
Harapan ketiga adalah untuk komunitas sekolah. Setiap
ekosistem lahir dari kumpulan komunitas. Komunitas merupakan wadah interaksi
dan komunikasi antara setiap ekosistem bahkan dikerucutkan lagi menjadi entitas
atau individu. Harapan saya untuk komunitas adalah dalam menjadi wadah yang
menyelaraskan, menuntun, dan melindung setiap entitas yang ada didalamnya
sebagai sebuah bentuk keseimbangan.
Harapan keempat yang sangat luas yaitu kepada masyarakat
serta bangsa dan negara. Masyarakat serta bangsa dan negara dapat menjadi pihak
yang berperan proaktif dalam kemajuan pendidikan bukan sebaliknya. Kedua
komponen ini harus mau terlibat baik dalam segi kebijakan yang pro kemajuan,
pelaksanaan, serta pengawasan berjalannya lembaga pendidikan.
Apa yang selama ini jadi keyakinan bersama dan menyatukan
sekolah kita?
Kenyakinan selama ini yang meyantukan sekolah itu adalah
“pendidikan adalah masa depan”. Melalui pendidikan kemajuan dan kemunduran
sebuah bangsa akan ditentukan. Dan arti masa depan bangsa adalah murid. Maka
secara tidak langsung yang menyatukan kita adalah murid. Dengan adanya murid
maka guru berusahan untuk memberikan pendampingan terbaiknya.
Apa yang diharapkan menjadi pembeda antara murid di
sekolah Bapak/Ibu dengan murid di sekolah lain?
Setiap komunitas memiliki corak yang menjadi identitas atau
profil. Profil atau identitas adalah sesuatu yang membuat orang mudah untuk
dikenali. Dengan kata lain identitas adalah pembeda antara satu dengan yang
lainnya.Sebagai sebuah komunitas corak yang saya harap hadir pada diri setiap
siswa adalah mereka dapat bertakwa dan mengimplentasikan ketakwaanya dalam
bentuk pengamalannya (akhlak mulia), mereka mampu menampakan kemandiriannya,
bergotong royong, bernalar kritis serta memiliki sifat kebinekaan universal
serta kreatif.
Apa kontribusi orang dewasa dan para pemangku kepentingan
di sekolah kita dalam mewujudkan murid dengan Profil Pelajar Pancasila?
Kontribusi pemangku kepentingan dalam mewujudkan profil
pelajar Pancasila adalah memberikan rambu-rambu dan regulasi yang jelas untuk
mewujudkannya. Misalnya melalui program kegiatan, peraturan sekolah, hingga
pembiasaan sehari-hari. Dengan adanya regulasi yang jelas setiap entitas yang
ada pada lingkungan sekolah dapat memahami kapan harus diam dan kapan harus
melangkah bersama.
Selain pemangku kepentingan peran orang dewasa di sekolah
guna mewujudkan murid dengan profil perlajar Pancasila beperan penting. Selain
sebagai role model dalam penerapan profil pelajar Pancasila mereka juga dapat
menjadi penuntun bagi anak-anak. Selain itu dengan kemampuan berpikir yang
sudah berkembang, mereka juga mampu menganalisis, mengevaluasi, dan memberikan
opsi solusi dari masalah yang terjadi di lingkungan sekolah.
Visi
Membentuk sekolah sebagai ruang
kolaborasi yang berorentasi pada terwujudnya profil pelajar Pancasila.