Jurnal Refleksi Dwiminggu Pertama – Perjalanan yang menggerakan
Jurnal refleksi ini saya buat sebagai bentuk mengulas
kembali peristiwa yang saya alami. Pada Jurnal ini saya membagainya menjadi
tiga bagian. Bagian pertama akan membahas tentang peristiwa yang saya alami,
mulai dari pembukaan, lokakarya dan sesi googlemeet. Saya juga akan menambahkan
kesan saya dalam mengikuti kegiatan ini.
Selanjutnya bagian kedua akan membahas tentang isi materi
yang disampaikan. Saya akan menjelaskan sesederhana mungkin tentang pemahaman
yang saya dalam dari materi-materi yang saya terima. Pada bagian ini saya juga
mencoba melakukan monolog sebagai bentuk refleksi dan mendalami materi.
Bagian terakhir saya akan mencoba mereflesikan materi-materi
yang saya dapat dan mencoba mengelaborasikan dengan pengalaman dan stategi
kedepan. Pada bagian ini saya berharap mendapatkan gambar yang baik. Jikapun
tidak saya beharapa mendapatkan masuk dan perbaikan jika mengalami miss
konsepsi.
Peristiwa
Setelah dinyatakan lulus sebagai calon guru penggerak, maka
saya terus memperbaharui informasi. Beberapa hal yang saya tempuh untuk
melakukannya adalah memantau web, mencari informasi di media sosial terkait
alur, dan bergabung dengan komunitas sesama CGP angkatan 7.
Rangkaian pertama dari road panjang CGP angkatan 7 adalah
pembukaan. Pembukaan ini lakukan pada hari kamis tanggal 20 Oktober 2022.
Kegiatan ini dilakukan secara daring. Dan kegiatan ini dibuka langsung oleh
menteri pendidikan Nadiem Makariem.
Pada kesempatan yang berlangsung kira-kira satu jam ini. Pak
Menteri memberikan gambaran dan arahan secara umum tentang visi dan misi guru
penggerak. Namun sayang karena kegiatan ini dilaksanakan masih pada jam
mengajar fokus konsentrasi saya kurang penuh pada kegiatan ini.
Kegiatan pembukan disambung pada siang hari setelah isoma.
Kegiatan selanjutnya ini lebih bersifat gambaran teknis kegiatan kedepan. Cara
mengoperasikan LMS dan apa yang harus dilakukan jika menemukan kendala kedepan.
Sayangnya pada saat materi ini belangsung LMS belum dapat dibuka.
Oiya, satu hari sebelum kegiatan kami sudah masuk
kedalam kelompok-kelompok kecil di group WhatsApps. Di group WhatApps
saya mayoritas berasal dari satu kecamatan dan didominasi oleh guru SD sama
seperti saya. Namun dari kesemua itu, belum ada yang saya kenal, walaupun
beberapa dari mereka ada di group lain, sama dengan saya.
Kegiatan kedua adalah lokakarya nol. Kegiatan ini
dilaksanakan di SMK 58 Jakarta. Di daerah cipayung. Untungnya dulu saya pernah
sempat “bolang” ke daerah ini. Jadi tidak terlalu buta. Pada kegiatan ini saya
juga didampingi oleh kepada sekolah dan pengawas sekolah.
Sebenarnya untuk kepada sekolah dan pengawas sekolah saya,
hal ini bukan hal baru. Namun surat tugas yang dikeluarkan oleh sudin agak
terlambat. Jadi agak binggung terkait meminta kesediaan kepada kepala sekolah
dan pengawas sekolah untuk mendamping. Untuknya berkat pengalaman
beliau-beliau, saya merasa tenang. Walaupun belum ada surat tugas, tapi
beliau-beliau sudah menyanggupinya.
Kembali ke kegiatan lokakarya nol ini. Saya tiba dilokasi
pukul 06.30. Hal itu saya pilih karena menimbang faktor jalanan dan cuaca yang
sulit diprediksi. Alhamdullilah orang yang saya temu pertama adalah para
pengajar praktik. Walaupun mereka tak mengenal saya dan tak menyadari saya.
Saya tahu belaiu pengajar praktik setelah perkenalan di aula.
Kegiatan lokakarya nol dibuka oleh unsur Penyelenggara guru
penggerak BBGP D.I.Y, Dinas pendidikan DKI Jakarta dan Suku dinas pendidikan
Jakarta timur. Secara garis besar beliau-beliau menjelaskan alur dan memberikan
motivasi kepada CGP, serta memberikan arahan kepada kepala sekolah dan pengawas
sekolah bagaimana cara mendampingi guru penggerak. Kegiatan pembukaan ini
selesai sekitar satu jam.
Selanjutnya kegiatan dilakukan dalam sesi yang lebih kecil.
Saya masuk di kelas “G” yang terdiri dari kelompok 33 dan 34 (untuk kelompok 34
saya kurang tahu pasti, tapi di kelas “G” bukan hanya kompok saya yang terdiri
dari tujuh orang seperti group WhatsApps).
Didalam kelas kami didampingi oleh kepada sekolah dan
pengawas sekolah dipandu oleh dua pengajar praktik yaitu Bu Nunuk dan Bu
Dalilah. Bu Nunuk adalah kepala sekolah SMK 46 dan bu Dalilah adalah guru di
SMK (maaf saya lupa nama SMKnya).
Kegiatan berlangsung dengan menyenangkan dan menarik. Hingga
tak terasa kegiatan berakhir pada sore hari. Kesan pertama untuk kegiatan ini
adalag super sekali. Setelah kegiatan lokakarya nol kami diminta untuk belajar
mandiri di LMS.
Pada kegiatan belajar mandiri ini saya menemukan hal-hal
baru. Melalui materi, modul, video saya menemukan konsep-konsep yang baru bagi
saya. Walaupun konsep itu sudah lama ada, namun tetap baru dan menarik bagi
saya.
Pembelajaran melalui LMS juga diselingi oleh pertemuan
googlemeet. Ada dua kali pertemuan googlemeet oleh fasilitator dan satu
pertemuan dengan pemateri. Fasilitator saya Bernama bu Wiwik yang merupakan
guru SMK di kota Semarang. Beliau adalah penyimpul yang baik dalam setiap
diskusi. Diskusi bersama fasilitator juga berdasarkan kelas “G” bukan kelompok.
Terhitung dua kali kami diskusi pada siang hari dan malam hari, semua
berdasarkan kesepakatan bersama.
Dalam dua kali diskusi yang dipandu oleh fasilitator semua
berjalan dengan menarik. Bahkan saya sampai membuat group diskusi yang lebih
kecil untuk mengerjakan tugas kelompok yang merupakan kolaborasi antara peserta.
Setelah dua kali diskusi dengan fasilitator, selanjutnya
kami mendapatkan penguatan di ruang kolaborasi bersama pemateri yang latar
belakang pendidikannya bukan main-main. Bu Susi sebagai pemateri sangat
gamblang menjelaskan konsep dan pemikiran-pemikiran KHD. Sayang diskusi kami
terbatas waktu dan hanya online, di offline mungkin akan lebih seru. Memadukan
konsep dan praktik dipangan.
Setelah kegiatan kolaborasi bersama bu Susi kami
masing-masing kembali berkreasi. Di LMS kami diminta untuk memberikan refleksi,
koneksi antar materi hingga kesimpulan dengan cara semenarik mungkin. Satu hal
ini yang memacu meningkatnya kreativitas dan kemauan untuk tersebut maju.
Materi
Pada lokakarya nol di kelas “G” kami diminta untuk mampu
mempresentasikan diri sendiri. Membuat sebuah gambar yang merepresentasikan
diri dan menjelaskan kepada teman-teman sebanyak mungkin. Pada kegiatan ini
kita diminta untuk berani dan percaya diri serta percaya kepada orang yang baru
kita kenal untuk tahu siapa kita. Pada kegiatan ini kita juga diminta untuk
mengenalkan kembali orang-orang yang kita kenal. Dan saya mendapatkan
kesempatan langka itu.
Setelah game perkenalan kami diminta untuk membuat komitmen
belajar. Selanjutnya kami diminta untuk mengevaluasi mengukur kekuatan diri dan
melakukan pemetaan dilingkungan sekitar kita. Pada bagian ini saya belajar
berkenalan ulang dengan diri sendiri, serta mencoba lebih teliti mencari
hal-hal yang menjadi pendukung dan tantangan yang ada di sekitar.
Pada kegiatan ini kami juga diminta untuk membangun komunikasi dengan kepala sekolah guna kelancaran kegiatan ini. Selain itu pada kegiatan ini kami juga diminta untuk membuat program berjangka. Dari mulai jangka pendek hingga jangka panjang. Pada bagian ini saya belajar bahwa sebuah rencana tidak dapat langsung berhasil. Ada proses kecil, sedang, dan besar hingga dapat terasa untuk semua.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan online. Kami diminta
mengerjakan LMS yang disusun sesuai dengan fasenya. Selain itu kami juga dipandu
oleh fasilitator secara daring dalam forum-forum diskusi melalui google meet.
Pada kegiatan inilah yang menjadi poin dari guru pembelajar
sejati. Pada bagian ini saya menyadiri banyak konsep-konsep pendidikan yang
belum saya tahu dan belum saya amalkan. Pada bagian ini pula saya mendapatkan
banyak pengalaman dari teman-teman saya bagaimana cara mereka mengahadapi
masalah.
Terkait pemikiran KHD pada bagian ini saya berkenalan ulang
dengan beliau. Walaupun nama beliau ada di buku-buku sekolah dari tingkat dasar
hingga perguruan tinggi. Nyatanya masih banyak hal yang belum tersampaikan
dengan baik, yang berujung pada pertanyaan semata. Saya sempat berpikir mengapa
beliau didaulat menjadi bapak pendidikan nasional, sementara banyak tokoh-tokoh
besar lain yang juga bergelut dalam bidang pendidik. Hal itu terjawab pada
kegiatan ini.
Curahan pemikiran beliau tentang pendidikan menjadi faktor
utama, namun pemikiran-pemikiran apa saja? hal ini yang akan saya ulas singkat.
Mendidik adalah “menuntun”
Beliau memberikan pembeda antara mengajar dan mendidik.
Mengajar adalah proses transformasi ilmu yang terjadi secara normative. Namun
mendidik adalah menuntun anak menuju kodratnya guna mencapai kebahagiaan
setinggi-tingging. Seorang pendidik harus memiliki sifat among dan pamong.
Among berarti menjadi contoh sementara pamong mengawasi dengan baik. Dari
konsep among inilah tercetus tiga prinsip yang sering kita dengar ing karso
suntolodo, ing madyo mbagun karso, dan tut wuri handayani.
Dalam mendidik anak, seorang pendidikan juga harus mengerti
dan memahami bahwa mendidikan hanya menebalkan dan menyamarkan laku, namun
tidak dapat mengubah kodratnya. Kodrat anak yang masing penuh dengan dunia
bermainnya, melahirkan konsep bermain sambil berlajar.
KHD juga menjelaskan konsep kodrat dibagi menjadi dua,
kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam misialnya dimana ia tinggal sampai
soal watak atau karakter. Kita tidak akan bisa mengubah jagung menjadi pagi dan
sebaiknya. Pada fase ini saya menyadari ambis guru kadang bisa merusak kodrat
anak. Selanjutnya tugas guru adalah membimbing anak untuk dapat tumbuh sesuai
dengan kodrat zaman yang terus berkembang. Untuk mendamping menuju zamannya,
guru juga harus dapat berkembang.
Pada fase ini saya juga mempelajari tentang budi pekerti dan
konsep manusia merdeka. Manusia yang tidak tergantung dengan yang lainya, namun
juga tidak terpisahkan dari lingkungannya. Manusia yang memiliki interdepensi
antara satu dengan yang lainnya. Masih banyak hal yang belum saya ceritakan di
sini.
Refleksi dan dampak
Setelah dinyatakan lolos sebagai guru penggerak jujur ada
kebanggan pada diri. Namun setelah mengikuti fase demi fase kebangga itu
berubah menjadi beban dan tanggungjawab yang harus saya jalani.
Saya bukanlah seorang guru yang mau ikut campur dan terlibat dalam setiap hal yang ada di
sekolah. Saya hanya seorang guru yang mengajar dengan penuh ceria. Menganggap
anak-anak adalah tim, dan pasukan yang bisa diajak bermain bersama.
Saya sangat minim berkontribusi dalam event besar sekolah.
Malah saya adalah tipekel orang yang tidak mengajarkan suatu hal sebelum ada
yang minta diajarkan. Bukan karena tidak mau berbagi, namun karena takut
mendapat steriotip sombong dan suka ikut campur.
Namun setelah mengiktuti kegiatan di CGP awal, saya mencoba
mengubah konsep itu. Saya mulai berani nanggung beban sendiri sebagai ujian
awal. Saya juga mencoba menanyakan kepada rekan-rekan apakah ada hal yang bisa
dibantu oleh saya. Semoga saya bisa istiqomah.
Dampak awal dari kegiatan ini terhadap proses belajar di kelas.
Walaupun banyak anak yang menanggap saya humoris, namun tidak sedikit yang
menggap saya galak. Hal itu terjadi karena kadang saya memberikan hukuman push
up kepada mereka. Walaupun mereka melakukan dengan tawa dan canda, namun
setelah mengikuti kegiatan CGP, saya merasa cukup bersalah.
Seharusnya saya cukup menasihati mereka jika melakukan
kesalahan kecil. Walaupun mereka tertawa mungkin mereka juga malu. Sekarang
setiap saya masuk ke kelas teman sejawat saya membuat kontrak belajar. Oiya,
di kelas saya kontrak belajar juga telah diperbaharui. Terlebih prihal hukuman
bagi yang melanggar. Saya dan para siswa berkomitmen untuk memiliki hukuman
yang memiliki manfaat untuk diri dan semua. Dan yang paling penting bukan
fanismennya tapi nilai-nilai dan manfaat yang didapat dari peratuaran yang
dijalananya. Demikian kata ibu Susi dan saya mempraktikannya.
Begitulah jurnal dwimingguan saya, terimakasih sudah mau
membaca sepanjang ini. Mohon doanya agar saya intiqomah dan konsisten. Berikut saya juga sertakan hasil karya dan refleksi saya terhadap materi.