JURNAL REFLEKSI MODUL 1.4 GURU PENGGERAK
Salam dan bahagia. Pada jurnal refleksi ini saya akan tanyangkan
di website bukan dan youtube karena terlalu panjang. Dan menggunakan metode
Segitiga refleksi. Segitiga refleksi adalah metode refleksi dengan menggunakan deskripsi
yang menuntun kita untuk merefleksikan hal-hal yang kita dapatkan dan kita
rasakan. Deskripsi pertama adalah setelah pelajaran hari ini, akhirnya saya memahami.
Deskripsi kedua adalah setelah pembelajaran hari ini akhirnya saya mampu. Deskripsi
ketiga adalah perasaan saya setelah melakukan pembelajaran hari ini adalah. Dan
yang terakhir adalah setelah melakukan pembelajaran hari ini, target saya
berikutnya adalah...
Metode ini saya anggap tepat untuk menjadi metode refleksi modul 1.4 karena empat point deskripsi ini akan memberikan saya kesempatan untuk menceritakan secara panjang dan lebar hal-hal yang saya dapatkan pada saat saya mempelajari modul 1.4. Berikut ini gambar dari segitiga refleksi yang saya sadur dari modul jurnal refleksi dwimingguan CGP. Dan setelah itu saya akan mulai merefleksikan hal-hal yang saya dapatkan.
Pemahaman
Setelah melalui pembelajaran pada
modul 1.4 ini saya mempelajari banyak hal dan mencoba untuk memahami hal-hal
tersebut dengan semaksimal mungkin. Ada beberapa point materi yang akan saya
sampaikan secara umum melalui refleksi ini. Pertama yang harus diketahui adalah
modul ini berjudul budaya positif.
Dalam pemahaman awal saya budaya
positif yang saya anggap adalah hal-hal sederhana seperti ramah, mandiri,
disiplin, dan lain sebagainya. Namun ketika mulai saya membaca modul dan
menyimak video yang disediakan pada LMS. Saya mulai menyadari modul ini bukan
yang memperkenalkan budaya positif seperti yang saya prediksi akan tetapi lebih
ke cara membangun dan membentuk budaya positif itu sendiri.
Pada modul ini saya diberikan
stimulus di LMS untuk membuat sebuah narasi dari ekpetasi saya tentang budaya
positif, disiplin dan sebagainya. Selain itu melalui LMS saya juga harus
menjawab beberapa pertanyaan yang membawa saya menuju “kesadaran baru” dan
pemahaman baru tentang budaya positif.
Ada enam materi yang sangat
panjang dan dalam pada modul ini yang saya coba utarakan secara umum. Pertama
adalah tentang disiplin positif dan nilai-nilai kebijaksanaan universal. Sebagian
orang dan saya pada awalnya beranggapan disiplin adalah ketika orang menaati
sebuah aturan. Disiplin pada ditegakkan melalui sebuah konsep yang sudah kita
kenal yaitu hadiah dan hukuman (reward and punishment). Namun pada modul
ini saya mendapatkan hal yang lebih dalam dari kedua hal tersebut.
Pertama dari akar kata disiplin
yang artinya artinya adalah belajar, mempelajari sesuatu yang diyakini. Pada
pengertian lain disiplin juga bermakna murid. Jika boleh saya menjabarkan
secara umum disiplin adalah murid yang sedang belajar.
Pengacu pada definisi disiplin dari
Ki Hajar Dewantara bahwa orang yang merdeka adalah orang tidak tunduk akan
perintah dari luar akan tetapi ia mampu menundukan dirinya sendiri (mengatur/mendisiplinkan
dirinya sendiri). Dengan kata lain disiplin yang dimaksud pada modul ini
bukanlan disiplin dari luar akan tetapi disiplin yang muncul dari kesadaran diri.
Lebih dalam lagi pada modul ini saya
juga belajar tentang teori kontrol. Modul ini menyajikan tentan ilusi kontrol.
Kita sebagai guru, orang dewasa atau orang tua seolah-olah dapat mengendalikan
anak atau murid. Namun pada hakikatnya semua adalah salah. Pada teori kontrol
semua kendali sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab diri sendiri. Terkait rangsangan
dari luar hal itu hanya menjadi salah satu pertimbangan. Akan tetapi yang menguasai
diri sendiri adalah kita. Atau lebih ekstrim lagi setiap anak akan mengikuti aturan
bukan karena aturan itu, akan tapi kemuannya untuk mengikuti aturan. Karena
bisa saja anak akan melawan aturan dengan alasan tertentu.
Selain konsep itu, pada materi
ini saya juga diperkenalan dengan nilai-nilai kebajikan dari enam organisasi.
Nilai-nilai ini berlaku universal tidak memandang tempat. Artinya di setiap
tempat nilai-nilai ini merupakan nilai-nilai terpuji. Untuk nilai-nilai
tersebut saya jika akan sebutkan karena terlalu banyak. Jika ingin mengetahui
silakan ikut CGP angkatan 10.
Materi kedua adalah teori motivasi,
hukuman, penghargaan, dan restitusi. Pada materi ini saya diajak lebih
dalam merenungi apa yang selama ini saya pahami tentang motivasi, hukuman, dan
penghargaan. Untuk restitusi, hal ini merupakan hal baru yang saya sangat bersyukur
mengetahui ini.
Pertama yang akan kita bahas adalah
motivasi. Pada modul ini dijelaskan dan saya mengamin secara sadar bahwa
ada tiga hal yang menjadi motivasi ketika seseorang mengikuti atau menaati
atauran. Pertama adalah menghindari hukuman atau menghindari dari sesuatu yang
tidak ia inginkan. Kedua adalah mengharapkan pujian atau mendapatkan sesuatu
yang ia inginkan. Dan terakhir adalah untuk menghargai diri sendiri atau menjalankan
kepercayaan yang ia pegang.
Motivasi pertama dan kedua adalah
bersifat ekstrinsik atau berasal dari luar. Kedua motivasi ini lemah karena membutuhkan
rangsangan dari luar. Jika rangsangan atau pengaruh dari luar itu tidak ada maka
ia tidak akan menjalankan sebuah aturan. Lain hal dengan motivasi ketiga yang bersifat
dari dalam atau intrinsik. Motivasi ini tidak terpengaruh dari luar dan orang
yang memiliki motivasi jenis ini akan melakukan hal yang ia anggap benar lebih
kuat karena tanpa ransangan dari luar.
Kedua adalah tentang hukuman
dan penghargaan. Kedua poin ini terpisah akan tetapi saya gabungkan karena
setelah saya mempelajari modul ini ternyata banyak orang termasuk saya
mengalami miskonsepsi tentang hal ini. Hukuman adalah suatu posisi yang tidak
mengenakan. Hukuman lahir dari sebuah kesalahan. Sementara penghargaan adalah
sebuah hadiah ketika kita telah melaksanakan sesuatu dengan baik, begitu yang
kita tahu.
Namun yang menjadi kesadaran baru
saya adalah didalam penghargaan ternyata terdapat hukuman. Hukuman bagi
anak-anak yang tidak mendapatkan penghargaan. Secara tidak langsung kita sedang
membedakan antara satu anak dengan yang lainnya melalui penghargaan tersebut.
Ketiga adalah restitusi. Restitusi
adalah sebuah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan
mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang
lebih kuat (Gossen; 2004). Secara sederhana restitusi adalah memberikan
kesempatan anak yang salah untuk memperbaiki dirinya dengan cara dialog untuk
mencapai kesadaran diri pada titik mana ia melakukan kesalahan.
Selain ketiga hal tadi pada
materi ini saya juga belajar tentang hukuman, konsekuensi, dan restitusi.
Hukuman biasanya bersifat emosial. Orang yang memberikan hukuman kadang tidak
logis. Hukuman tidak memilik hubungan antara kesalahan dan hukuamannya.
Misalnya terlambat hadir diberi hukuman lari keliling lapangan, padahal bukan
jam olahraga.
Selanjutnya adalah konsekuensi.
Konsekuensi jika kita lihat secara global mungkin hampir sama dengan hukuman.
Namun pada konsekuensi sang pemberi hukuman dan yang melakukan kesahalan telah
memiliki kesepatakan awal. Maka konsekuensi lebih rasional dalam memberikan “efek
hukum” namun masih bersifat ekstrinsik.
Restitusi sebagaimana definisi
diatas adalah memberikan kesempatan kepada siswa yang berbuat kesalahan.
Restitusi tidak memberikan hukuman akan tetapi siswa secara sadar melalukan
perbaikan dari kesalah yang telah diperbuat berdasarkan keyakinan yang ia
pegang.
Materi ketiga adalah keyakinan
kelas. Materi ini mungkin bagi Sebagian orang adalah hal yang biasa. Materi
ini mirip seperti membuat kontrak belajar atau kesepakatan belajar. Namun yang
menjadi pembeda adalah keyakinan kelas itu lebih bersifat umum bukan khusus.
Hingga ketika ada anggota kelas yang tidak bersikap baik kita bisa melihat
berapa poin keyakinan kelas yang ia langgar.
Keyakinan kelas tidak memiliki
konsekuesi atau hukuman. Karena keyakinan kelas diarahkan agar guru mampu melakukan
restitusi jika anak melakukan kesalahan. Dengan begitu, sangat berbeda
keyakinan kelas dengan kesepakatan kelas atau kontrak belajar.
Materi keempat adalah kebutuhan
dasar manusia dan dunia berkualitas. Kebutuhan dasar manusia sebenarnya
sudah disinggung pada modul 1.2. Oleh karenanya pada kesempatan ini saya hanya
memberikan gambar secara umum. Ada lima kebutuhan dasar manusia diantaranya; bertahan
hidup, kasih sayang dan rasa diterima, kemampuan dan pengakuan, kebebasan, kesenangan.
Jika ada orang tidak terpenuhi kebutuhannya maka ia akan berusaha untuk memehui
hal tersebut.
Maka ketika kita melihat anak
yang melakukan kesalahan dengan kepala jenih dan pemikiran yang lebih terbuka.
Sebenarnya mereka sedang mencoba untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpenuh.
Sebagai guru maka kita harus melalukan refleksi diri dan melakukan restitusi
pada anak tersebut.
Materi kelima adalah lima
posisi kontrol. Pada materi ini saya diajak memetakan diri pada posisi mana
saya berada. Secara umum ada lima posisi kontrol yaitu penghukum, pembuat rasa
bersalah, teman, pemantau, dan manager. Pada dua posisi awal yaitu penghukum
dan pembuat rasa bersalah memiliki dampak negatif dan bersifat ekstrinsik. Sementara
posisi teman juga bersifat ekstrinsik namun lebih netral. Akan tetapi posisi
kontrol teman menciptakan ketergantungan. Sementara pemantau juga bersifat
netral namun sudah mulai memunculkan kesadaran interinsik. Dan yang terakhir
adalah manajer. Posisi ini memungkinkan untuk memunculkan kesadaran interinsik
dan membuat anak lebih bersikap positif.
Materi keenam Restitusi dan
segitiga restitusi. Untuk materi ini saya coba jelaskan tentang segitiga
restitusinya saja. Karena pembahasan tentang restutusi sudah dibahas diawal.
Dalam segitiga restitusi terdapat tiga tahap retitusi yaitu menstabilkan indentitas,
memvalidasi kesalahan, dan menanyakan keyakinan. Tiga proses ini dilakukan secara
bertahap.
Mucul pertanyaan bisakah jika
kita mulai tidak berurut misalnya dari memvalidasi kesalahan. Jawaban dari diskusi
kelompok kami, terbagi menjadi dua. Namun mengutip dari jawaban instruktur,
pentingnya menstabilkan identitas dalam proses restitusi adalah karena setiap
anak yang melakukan kesalahan akan berusaha membenarkan tindakannya dengan
berbagai dalih. Oleh karenanya menstabilkan identitas diutamakan diawal
restitusi. Agar anak tidak merasa dihakimi dan dijadikan tersangka dari kejadian
tersebut.
Demikian pemahaman yang saya
dapat dari modul ini. Cukup panjang karena memang materinya panjang dan sangat
dalam.
Kemampuan
Setelah pembelajaran ini akhinya
saya mampu menyelesaikannya dengan tepat waktu. Selain itu saya juga mencoba
mampu untuk mengerti dan memahami setiap materi yang disampaikan dengan tepat
arti dan maksudnya. Dan terpenting adalah saya mencoba untuk mampu
mengaplikasikan restitusi sebagai sebuah opsi dalam menyelesaikan permasalahan
yang anak hadapi.
Perasaan
Persaan saya setelah mempelajari modul
ini sangat campur aduk. Ada perasaan sedih, bersalah, bersyukur, dan optimis.
Perasaan sedih muncul ketika saya menyadari banyak hal yang saya anggap benar
ternyata kurang tepat hingga memunculkan rasa bersalah. Rasa bersalah muncul
karena telah mengaplikasikannya miskonsepsi selama ini.
Namun pada sisi lain saya juga
merasa bersyukur karena telah mempelajari modul ini dan akhirnya saya dasar
akan kesalahan yang saya lakukan selama ini. Selain itu saya juga merasa optimis
untuk menerapakan ilmu-ilmu baru yang saya dapat. Berbekal teman sejawat,
komunitas CGP, Fasilitator dan Pengajar praktik yang siap untuk berdiskusi dan
berdampingan membentuk pribadi saya yang lebih baik lagi.
Target
Terget yang saya cangkan kedepan
adalah mengimplentasikan motivasi ketiga pada diri saya dan diri siswa. Membuat
keyakinan kelas yang bermakna dan menjalankan secara konsisten serta kunsekuen.
Kemudian meningkatkan posisi kontrol yang selama ini adalah teman ke level
manajer. Kemudian menjadikan restitusi sebagai solusi dalam membantu anak
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dan bukan hanya itu semoga saya bisa menyebarkan
pemahaman ini kepada teman guru sejawat serta dikit memberikan inspirasi dalam proses
menuntun anak dengan segala kodrat menunju kebahagiaan dan keselamatan yang
hakikih bagi sebagai individu ataupun sebagai anggota masyarakat.
Demikianlah jurnal refleksi saya
dengan menggunakan metode segitiga refleksi. Terimakasih telah membaca sampai selesai.
Semoga dapat bermanfaat. Semoga kita bisa tergerak, bergerak, dan menggerakan.
Salam dan Bahagia.