Sobat cer-dik.com pada kesempatan ini kita akan membahas tentang rangkuman materi tema 6 kelas 5 pelajaran IPS. Rangkuman ini terdiri dari beberapa materi bacaan diantaranya manusia dan lingkungan alam, Pengaruh Negatif Interaksi Manusia dengan Lingkungan Alamnya, Kehidupan Nelayan Pemburu Paus dan lain-lain.
Manusia dengan Lingkungan Alam
Semua makhluk hidup yang ada di bumi, melakukan hubungan
dengan sesama makhluk hidup maupun dengan lingkungannya. Lingkungan alam
terdiri atas benda mati dan makhluk hidup. Lingkungan alam merupakan sumber
penghidupan bagi makhluk hidup, karena alam menyediakan semua kebutuhan makhluk
hidup.
Benda mati dan makhluk hidup saling memengaruhi antara satu
dengan yang lainnya. Bahkan, antarkeduanya saling berkaitan. Salah satu bentuk
hubungan antara benda mati dan makhluk hidup adalah jenis tanah, suhu, dan
curah hujan di suatu tempat dapat memengaruhi jenis tanaman yang tumbuh dan
hewan yang berkembang di daerah tersebut.
Makhluk hidup juga dapat memengaruhi benda mati. Contohnya
daerah yang banyak tumbuhannya akan menyebabkan daerah tersebut menjadi lebih
sejuk. Daerah yang masih banyak tumbuhannya cenderung memiliki air tanah yang
baik dan berlimpah. Hal ini terjadi karena, tanaman membantu tanah untuk
menahan air dan menyimpannya di dalam tanah dengan baik. Bagaimana dengan
manusia?
Hubungan antara manusia dan lingkungan alam dapat
dikelompokkan menjadi dua. Pertama hubungan yang membuat manusia harus dapat
menyesuaikan diri dengan alam. Kedua adalah hubungan yang membuat manusia dapat
memanfaatkan alam sekitarnya. Salah satu cara manusia untuk menyesuaikan diri
dengan alam, adalah dengan mempelajari peristiwa alam yang ada di lingkungannya.
Para petani harus menyesuaikan waktu tanam dengan musim hujan agar tanamannya
dapat tumbuh dengan baik. Para nelayan memilih waktu untuk berlayar
menyesuaikan dengan keadaan cuaca agar terhindar dari bencana dan memperoleh
tangkapan ikan yang banyak.
Manusia juga harus dapat memanfaatkan alam untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan menggunakan iImu pengetahuan dan teknologi.
Contohnya, untuk menanggulangi akibat kemarau panjang yang menyebabkan
menurunnya hasil pertanian, manusia mencoba membuat hujan buatan. Pembuatan
hujan buatan ini, tentu dengan menggunakan pengetahuan dan teknologi.
Pengaruh Negatif Interaksi
Manusia dengan Lingkungan
Alamnya
Manusia tidak dapat hidup tanpa mengandalkan lingkungan alamnya.
Dari alam manusia memperoleh banyak manfaat untuk memenuhi
kebutuhannya. Pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, merupakan
bentuk-bentuk interaksi manusia dengan lingkungan alamnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia memelihara alam sedemikian
rupa, agar dapat dimanfaatkan dengan baik untuk memenuhi kebutuhan
manusia dan mahluk hidup lainnya.
Tetapi, tidak semua interaksi manusia dengan alam berdampak
baik bagi alam. Perilaku masyarakat yang suka membuang sampah
sembarangan misalnya, dapat merusak lingkungan alam di sekitarnya.
Membuang sampah di sungai dan di laut, dapat merusak makhluk hidup
lain yang ada di dalamnya. Tidak hanya itu, kerusakan lingkungan yang
ditimbulkannya dapat membahayakan manusia sendiri.
Interaksi manusia dengan lingkungan yang kurang baik, juga
dapat menyebabkan beberapa bencana yang merugikan manusia
dan lingkungannya. Contohnya, terjadi banjir karena saluran air yang
terganggu oleh sampah dari kegiatan manusia merupakan salah satu
contohnya. Demikian juga dengan bencana tanah longsor, disebabkan
karena manusia sering menebang pohon di tanah yang landai. Kebakaran
hutan karena kecerobohan manusia pun, menyebabkan kerusakan dan
kerugian yang sangat besar.
Kehidupan Nelayan Pemburu Paus
Desa Lamalera, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa
Tenggara Timur, merupakan salah satu desa nelayan tradisional yang
menjadikan laut sebagai ladang kehidupan mereka. Laut adalah ibu
yang memberikan kehidupan sejak zaman nenek moyang mereka. Dari
hasil laut, masyarakat di desa ini telah berhasil mengirimkan anak-anak
mereka untuk bersekolah dan pada akhirnya bekerja.
Masyarakat nelayan di desa Lamalera, memiliki tradisi berburu paus
yang telah diturunkan bertahun-tahun oleh nenek moyang mereka. Tidak
sembarang paus yang mereka buru, hanya paus yang sudah tua saja yang
mereka buru. Jika mereka menemukan paus muda, masyarakat nelayan
di desa ini akan mengembalikannya ke laut lepas. Mereka pun bersepakat
secara adat bahwa dalam setahun, tidak boleh lebih dari 15 paus yang
mereka buru. Dengan demikian, mereka tetap menjaga agar paus tidak
punah.
Untuk berburu paus, para nelayan
melakukan pemantauan dari bibir pantai
dan dari atas bukit. Ada beberapa orang
yang senantiasa berada di bukit itu
untuk memantau, sambil melakukan
kegiatan lainnya seperti memperbaiki
jala, menganyam atap perahu dari daun
lontar, memasak, atau membaca buku.
Jika mereka melihat paus, mereka akan berteriak “baleo” yang berarti
paus. Teriakan itu, membuat para nelayan yang berada di bibir pantai
segera bersiap melaut. Mereka akan mengirimkan sebuah perahu untuk
mengamati jenis dan umur paus. Jika mereka melihat paus itu layak
ditangkap, mereka akan akan memanggil perahu-perahu lain untuk
mendekat.
Daging dan minyak paus yang berhasil ditangkap kemudian akan
dibagi ke seluruh warga desa. Pembagian diutamakan bagi janda dan
yatim piatu, baru kemudian kepada penangkap paus, pemilik perahu,
lalu kepada masyarakat lainnya. Daging dan ikan paus ini dapat ditukar
dengan jagung, umbi-umbian, buah-buahan, dan sayuran dari masyarakat
pegunungan. Kegiatan barter ini dilakukan di Pasar Wulandoni, sekitar 3
km dari Lamalera.
Festival Mane’e, Tradisi Nelayan di
Pantai Malo
Festival Mane’e, merupakan tradisi adat untuk penangkapan ikan.
Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Pantai Malo, Kokorotan, Sulawesi
Utara. Ritual ini biasa disebut dengan ritual menangkap ikan dengan
doa-doa dalam bahasa adat kuno. Mereka berdoa kepada Tuhan Yang
Maha Esa agar nelayan mendapatkan tangkapan yang banyak, dan
mendapatkan perlindungan agar terhindar dari bahaya.
Penangkapan ikan dimulai
dengan berkumpulnya para pemuka
adat bersama perwakilan pemerintah
setempat. Mereka bermusyawarah
untuk menentukan tanggal yang
tepat untuk melakukan ritual mane’e.
Selanjutnya, para pemuka adat ini
akan memanjatkan doa-doa dalam
bahasa adat kuno. Sementara,
masyarakat lainnya mengumpulkan tali dan janur (daun kelapa yang
masih muda) untuk dibuat jaring
yang disebut dengan sammy.
Tibalah hari yang ditentukan untuk
melaksanakan ritual mane’e. Para pemuka
adat dan pemerintah setempat, membawa
sammy ke Pantai Malo. Beramai-ramai
mereka menariknya sepanjang mungkin
ke arah laut hingga membentuk sebuah
kolam. Ketika ikan-ikan telah banyak
terperangkap ke dalam sammy, masyarakat
pun mulai menangkapnya. Hasil tangkapan
ikan ini akan disantap bersama dalam
pesta rakyat yang digelar saat itu. Ada
hal yang menarik sepanjang ritual hingga
pesta rakyat ini, yaitu masyarakat dilarang
mengenakan pakaian berwarna merah
sebagai pantangan.
Ritual seperti ini masih dilaksanakan
hingga kini. Masyarakat meyakini ritual ini
sebagai ucapan syukur dan permohonan perlindungan dari Tuhan Yang
Maha Esa. Selain itu, kegiatan ini mengandung nilai-nilai kebersamaan
antar anggota masyarakat dan kepedulian untuk memelihara laut
sebagai sumber kehidupan masyarakat. Nilai-nilai kerja sama, persatuan
dan kesatuan pun, sangat bisa dirasakan sepanjang persiapan hingga
dilaksanakannya ritual ini.
Kehidupan Nelayan Indonesia
Perhatikanlah gambar di atas. Para nelayan dan pedagang ikan
bertemu di sebuah tempat pelelangan ikan di salah satu tempat di
Banda Aceh, Provinsi Nangroe Aceh Darusalam. Tempat pelelangan ikan
merupakan tempat bertemunya para pembeli ikan dan para nelayan yang
telah menangkap ikan. Para pembeli di pelelangan ikan, biasanya adalah
para pedagang. Mereka akan menjual kembali hasil tangkapan para
nelayan ini, kepada para konsumennya.
Tempat pelelangan ikan ramai setiap hari pada musim tangkap ikan.
Akan tetapi, jika gelombang laut sedang besar dan cuaca buruk, tempat
ini menjadi sepi. Para nelayan tidak dapat melaut, sehingga mereka
tidak punya hasil tangkapan yang bisa dijual. Begitulah kehidupan para
nelayan.
Para nelayan juga harus memelihara laut tempat mereka mencari
ikan. Mereka tidak menggunakan zat berbahaya seperti racun dan bom
ikan yang akan memusnahkan isi laut. Mereka menggunakan peralatan
sederhana, seperti jala ikan biasa dan menggunakan perahu nelayan
tradisional. Ketika perahu mereka telah penuh dengan muatan ikan,
mereka akan kembali ke pantai untuk menjual tangkapan mereka. Mereka
harus memastikan laut mereka tidak tercemar oleh zat-zat berbahaya
yang dapat mengancam kehidupan biota laut dan kehidupan mereka
sendiri.
Kehidupan para nelayan pun diwarnai dengan serangkaian kegiatan
yang telah diturunkan dari nenek moyang mereka. Beberapa kegiatan
seperti Perayaan Petik Laut dilakukan untuk memberikan ucapan syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Acara ini pun dimaksudkan agar mereka
terlindung dari bahaya dan laut menghasilkan banyak ikan untuk
ditangkap.
Kegiatan Pelelangan Ikan
Kegiatan pelelangan ikan merupakan sebuah kegiatan pertemuan
antara para nelayan penangkap ikan sebagai penjual ikan dengan para
pembeli, yang biasanya adalah para pedagang ikan. Dalam pelelangan
ikan, para pembeli akan melakukan penawaran secara langsung yang
dibantu oleh juru lelang. Para juru lelang ini akan menawarkan harga,
dari harga paling rendah yang ditentukan penjual. Lalu para pembeli akan
melakukan penawaran. Pembeli dengan harga penawaran tertinggi akan
mendapatkan barangnya.
Para penjual adalah para nelayan yang biasanya menangkap ikan
di laut secara berkelompok. Hasil tangkapan ikan segar mereka, akan
dibawa ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) untuk ditimbang, lalu diletakkan
berjajar dengan hasil tangkapan nelayan yang lain. Setelah semua
hasil tangkapan ikan diletakkan dan semua pembeli siap melakukan pelelangan, juru lelang akan memulai proses
jual beli. Kegiatan pelelangan ini biasanya hanya
berlangsung beberapa jam saja, karena ikan
segar harus segera dipasarkan. Para nelayan
penangkap ikan, berharap hasil tangkapannya
akan mendapatkan harga yang layak untuk
memenuhi hidup keluarganya. Hasil penjualan
ikan ini pun, harus dibagi dengan nelayan dalam
kelompoknya.
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) biasanya
dibangun di daerah pelabuhan ikan, dimana
para nelayan biasa berlabuh untuk membawa
hasil tangkapannya. TPI biasanya dibangun
oleh pemerintah setempat dengan tujuan untuk
melindungi para nelayan agar hasil tangkapannya mendapatkan harga
yang baik untuk memenuhi kehidupan keluarganya.
Pembeli ikan di tempat pelelangan, biasanya adalah pedagang besar
yang akan menjual kembali hasil lelang ikan ke pasar-pasar. Para pembeli
ikan ini tidak hanya berasal dari daerah setempat, bisa juga berasal
dari tempat yang lain. Para pedagang ikan ini, akan menjual hasil laut
terutama ke daerah-daerah yang jauh dari pantai, seperti di kota atau di
daerah pegunungan. Oleh karenanya, para pedagang ini memerlukan alat
transportasi untuk membawa barang dagangannya ke daerah-daerah
lain yang membutuhkan.
Sejarah Termos
Hampir semua keluarga memiliki termos di
rumahnya. Termos memang sering digunakan
untuk menyimpan air panas agar tetap panas saat
digunakan. Biasanya keluarga yang memiliki bayi yang
memerlukan susu setiap saat, menggunakan termos
untuk menyimpan air panas. Termos adalah sebuah
benda yang biasanya berbentuk tabung seperti botol
yang mempunyai dinding berlapis. Benda ini dirancang
berbentuk seperti kaca dengan bahan mengkilap yang
dapat menyimpan cairan agar tetap memiliki suhu
seperti semula. Dengan dinding dalam termos yang
dirancang seperti kaca, maka kalor yang terdapat pada
air panas tersebut tidak bisa berpindah dengan cepat.
Panas yang dikeluarkan oleh air panas tadi, dapat
ditahan oleh dinding dalam termos yang terbuat dari
bahan mengkilap ini. Sehingga air panas di dalamnya
akan tetap hangat hingga beberapa saat tergantung
dari ketebalan dindingnya. Saat ini termos tidak hanya
digunakan untuk menyimpan air panas, tetapi juga
untuk menyimpan air dingin agar tetap dingin.
Pencipta termos pertama kali pada tahun 1902 adalah James
Dewar. Penemuannya didorong oleh kebutuhannya untuk menjaga
agar minuman bayinya tetap hangat. Tetapi saat itu, untuk menjaga
suhu minuman agar tetap hangat merupakan hal yang sulit dilakukan,
terutama dalam kondisi cuaca yang dingin seperti di Eropa.
Karena kebutuhan inilah, James Dewar menemukan cara membuat
botol hampa udara. Botol hampa udara, merupakan wadah dari kaca
berdinding ganda dengan ruang di antara dindingnya dikosongkan
dan ditutup rapat untuk mencegah agar panas tidak menjalar.
Sementara dinding sebelah dalam botol tersebut, dilapisi perak untuk
mempertahankan panas. Botol hampa udara itulah yang kemudian
menjadi cikal bakal lahirnya termos. Botol hampa udara buatan James
Dewar dan penutup wol buatan mertuanya sampai sekarang dapat
dilihat di Museum Ilmu Pengetahuan, di London.
Peran Masyarakat terhadap
Lingkungan Sosial Budaya
Masyarakat Indonesia, merupakan masyarakat yang selalu menghargai warisan budaya nenek moyangnya. Bentuk penghargaan tersebut,
antara lain ditunjukkan dengan kebiasaan melakukan kegiatan tradisi
dalam kehidupannya. Mulai dari peristiwa kelahiran hingga kematian,
terdapat tradisi yang terus dijalankan hingga kini.
Tidak dimungkiri bahwa ada kecenderungan masyarakat untuk
mengurangi kegiatan tradisinya dengan berbagai alasan. Akan tetapi,
kesadaran masyarakat untuk kembali menghidupkan tradisi-tradisi nenek
moyang kembali meningkat. Tempat-tempat wisata adat, menjadi salah
satu tempat yang sering dikunjungi masyarakat pada saat liburan. Tempat-tempat wisata yang mengusung tema kembali ke masa lalu dan kembali
ke alam, menjadi salah satu tujuan wisata yang digemari. Pemerintah
dan masyarakat adat, menetapkan beberapa desa menjadi desa adat
yang dikelola dan dilindungi pemerintah untuk mempertahankan nilai
budaya masyarakat adat tersebut.
Keberadaan desa adat, memang beranjak dari keinginan untuk tetap
memelihara peninggalan nenek moyang dengan mempertahankan nilai
dan kegiatan tradisional. Nilai dan kegiatan tradisi nenek moyang bangsa
Indonesia, selalu menghargai alam sebagai sumber kehidupan. Terdapat
beberapa desa adat di Indonesia yang dipelihara, dilindungi, dan dijaga
baik oleh masyarakat setempat maupun oleh pemerintah setempat. Desa
Adat Bena di Ngada, Nusa Tenggara Timur, Desa Adat Sade di Lombok,
Desa Adat Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur, Desa Adat Kampung Naga
di Tasikmalaya, Desa Adat Terunyan di Bali, Desa Adat Pariangan, Tanah
Datar di Sumatra Barat, merupakan beberapa contoh desa adat yang
dipertahankan keberadaan dan keasliannya hingga kini.
Ada juga beberapa desa adat dan kehidupan masyarakat asli yang
diperkenalkan ke masyarakat luas, melalui beberapa orang setempat
yang peduli untuk mempertahankan nilai budaya dan kegiatan tradisinya.
Salah satunya adalah Desa Adat Osing di Kemiren, Banyuwangi yang
diperkenalkan ke masyarakat luas melalui seorang ahli kopi setempat.
Desa ini, dikelola untuk mempertahankan tradisi Masyarakat Osing
sebagai suku asli masyarakat Banyuwangi. Andrea Hirata juga dikenal melakukan usaha untuk mengangkat dan mempertahankan pusaka
tradisi mayarakat desa Gantong Belitung di Sumatra Selatan. Melalui
novelnya yang sangat terkenal “Laskar Pelangi”, Andrea memperkenalkan
kehidupan masyarakat Melayu yang tinggal di Desa Gantong, tanah
kelahirannya.
Perajin Batik Osing
Masyarakat Osing yang tinggal di daerah pesisir ujung timur Pulau
Jawa, tepatnya di Kabupaten Banyuwangi, telah lama melakukan kegiatan
membatik. Kegiatan ini, umumnya dilakukan dalam skala industri rumah
tangga. Setiap kelompok pembatik, bisa memiliki motif sendiri yang
menjadi keunikan dari kelompok tersebut.
Dengan semakin tingginya minat masyarakat umum terhadap
batik, para pelaku industri batik di Banyuwangi pun melakukan banyak
terobosan. Salah satunya adalah mengembalikan pemakaian bahan
pewarna alami untuk batik mereka. Bahan-bahan yang digunakan adalah
berbagai jenis tanaman yang ada di sekitar rumah perajin, seperti daun
krangkong (sejenis kangkung), daun lamtoro, daun mangga, jati, jengkol,
kulit kopi, daun ketepeng, putri malu, dan kumis kucing.
Untuk semakin memperkaya penggunaan pewarna alam dan
memperbanyak kreasi motif, desainer nasional Merdi Sihombing
dilibatkan. Ia diminta oleh pemerintah daerah setempat untuk melatih
para perajin batik di Banyuwangi yang mayoritas adalah usaha sangat
kecil, usaha kecil, dan menengah (UMKM). Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan,
pelatihan yang memadukan
antara desainer nasional
dan para perajin lokal
dilakukan secara berkala
dalam rangkaian menuju
Banyuwangi Batik Festival
(BBF) dan Swarna Fest yang
digelar pada 9 Oktober 2016
lalu. BBF adalah agenda
tahunan Banyuwangi untuk
mendorong geliat industri
batik. Adapun Swarna Fest adalah ajang unjuk kreasi industri tekstil
berpewarna alam yang digagas oleh Kementerian Perindustrian.
”Kami terus mendukung usaha para pembatik untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas batiknya. Hal ini, akan memberikan pengaruh
meningkatnya tingkat ekonomi perajin dan pada pembangunan sosial
budaya masyarakat setempat. Dengan batik pewarna alam, para perajin
bisa lebih untung karena harga jual batik menjadi lebih tinggi. Apalagi
bahan pewarnanya mudah sekali didapatkan di sekitar kediaman para
pembatik,” jelas Pak Bupati.
Salah satu perajin batik Banyuwangi dari Sanggar Sekar Bakung,
sangat antusias dengan pemakaian pewarna alam ini. Ia dan rekanrekannya mendapatkan banyak manfaat dari pelatihan ini. Salah
satunya adalah ia dapat memanfaatkan bahan alami di sekitarnya untuk
dijadikan bahan pewarna alami batiknya. Dengan demikian ia tetap dapat
memelihara lingkungannya karena pewarna yang ia gunakan sangat
ramah lingkungan. Tidak seperti pewarna kimia yang limbahnya dapat
merusak lingkungan sekitar.
Permasalahan Sosial di Sekitar Kita
Setiap warga negara, mempunyai tanggung jawab yang harus
dilaksanakan sesuai perannya di dalam masyarakat. Salah satu
bentuk tanggung jawabnya adalah melaksanakan nilai-nilai Pancasila
sebagai dasar negara. Nilai-nilai dalam Pancasila, menjamin terjadinya
masyarakat yang saling menghargai demi kepentingan bersama.
Apa saja akibat yang akan terjadi bila anggota masyarakat tidak
melaksanakan tanggung jawabnya? Salah satu akibatnya adalah terjadinya masalah sosial. Berikut ini adalah jenis-jenis permasalahan sosial
yang terjadi di lingkungan masyarakat
Sampah
Salah satu kebiasaan tak terpuji adalah membuang sampah
sembarangan. Misalnya, siswa membuang bungkus permen dan makanan
di ruang kelas, di halaman sekolah atau di selokan dekat sekolah.
Warga masyarakat membuang sampah dapur di parit, di saluran air
atau di sungai. Sampah pasar, sampah toko, dan sampah kantor, banyak
berserakan sampai ke jalan raya, karena tak tertampung di bak sampah.
Hal ini terjadi, karena banyak orang tidak bertanggung jawab menjaga
lingkungan mereka dengan membuang sampah sembarangan. Sampah
yang bertebaran di sekolah mengurangi keindahan sekolah karena tidak
sedap dipandang dan mengganggu kegiatan belajar mengajar. Hal ini
mengurangi kenyamanan para siswa yang belajar di sekolah. Sampah
yang berserakan di jalan raya, mengakibatkan jalan tampak sempit.
Jalan menjadi kotor dan licin. Arus lalu lintas kendaraan menjadi tidak
lancar, dan membahayakan para pengguna jalan. Hal ini memengaruhi
kenyamanan dan keamanan para pengguna jalan tersebut.
Kali atau Sungai yang Kotor
Kali atau sungai kadang-kadang dijadikan tempat pembuangan
sampah bagi warga masyarakat. Pabrik-pabrik atau industri-industri,
juga banyak yang membuang limbah ke kali tanpa diolah terlebih dulu.
Sementara itu, ada juga orang-orang yang mendirikan bangunan
di bantaran kali. Semua ini membuat kali menjadi kotor dan daya
tampungnya berkurang. Akibatnya, pada musim penghujan air kali
meluap. Menggenangi daerah sekitar, sawah-sawah dan permukiman
penduduk. Menurunnya kualitas lingkungan sekitar dan banjir yang
diakibatkannya membuat masyarakat merasa tidak nyaman.
Bangunan Liar
Bangunan liar sering kita jumpai berada di atas saluran air, di trotoar,
di taman-taman kota dan di kolong-kolong jalan layang. Pada umumnya
bangunan liar berupa bangunan sementara yang didirikan di tempat yang
tidak seharusnya. Hal ini akan menyebabkan masalah kesehatan dan
kebersihan lingkungan yang menimbukan ketidaknyamanan masyarakat
pada umumnya.
Kemacetan Lalu Lintas
Kemacetan lalu lintas sering terjadi pada saat jam berangkat sekolah
atau jam berangkat kerja. Salah satu penyebab kemacetan lalu lintas
antara lain banyak pengguna jalan yang tidak melakukan kewajibannya
untuk menaati aturan lalu lintas. Hal tersebut dapat menimbulkan
ketidakamanan dan ketidaknyamanan para pengguna jalan dan
masyarakat sekitarnya.
Usaha Bolu Meranti Medan
Ada yang bilang, kalau pulang dari Medan tanpa membawa Bolu
Meranti, berarti ia tidak benar-benar pergi ke Medan. Ya, siapa yang
tidak tahu Bolu Meranti? Tetapi ternyata, bolu ini menjadi oleh-oleh khas
Medan mulai tahun 2000-an. Sebelum itu, orang tidak tahu apa-apa
tentang oleh-oleh tersebut.
Bolu Meranti adalah makanan berupa bolu gulung berbahan dasar
telur dan tepung yang diisi berbagai macam isian. Untuk membuat
bolu ini, diperlukan oven untuk memanggang adonan yang telah dibuat
sebelumnya. Saat ini ada berbagai isian untuk bolu ini. Ada isian keju,
cokelat, moka, stroberi, dan kacang. Nama Meranti berasal dari nama jalan
di mana bolu ini pertama kali dijual untuk umum. Bolu ini memiliki rasa
yang khas, lembut, dan cukup tahan lama meskipun tidak menggunakan
bahan pengawet. Siapakah orang di belakang bolu terkenal ini?
Seorang ibu bernama Ai Ling suatu hari menitipkan bolu buatannya
di toko milik salah satu kerabatnya yang berlokasi di Jalan Meranti. Ai
Ling yang sedari muda dikenal suka memasak dan membuat kue ini,
lama-kelamaan kewalahan dengan pesanan bolu yang dibuatnya. Hingga
suatu saat ia membuka gerai sendiri di tempat yang lain. Namun, ia tetap
menggunakan nama Meranti sebagai nama bolunya untuk menjaga agar
pelanggannya ingat akan bolu buatannya.
Ai Ling tidak menyangka usahanya ini dapat membuat Kota Medan
semakin terkenal. Banyak orang telah mendapatkan manfaat dari
usahanya membuat bolu. Bahkan ia pun membuka gerai di Bandar Udara
Internasional Kualanamu untuk memudahkan pelanggan mendapatkannya sebagai oleh-oleh khas Kota Medan
Masalah Sosial di Sekitar Kita
Dengan semakin majunya media informasi baik cetak maupun
elektronik, dengan mudah masyarakat mengetahui peristiwa yang
terjadi di tempat-tempat lainnya. Tidak terkecuali berita-berita tentang
permasalahan sosial yang sering diberitakan. Beberapa masalah sosial
seperti pencemaran lingkungan, rusaknya atau buruknya fasilitas umum,
perilaku tidak disiplin, merupakan masalah sosial yang sering terjadi.
Pencemaran lingkungan, terjadi karena masyarakat membuang
bahan-bahan berbahaya secara sembarangan ke lingkungan alam.
Pencemaran limbah cair ke sungai-sungai, dapat mencemari air sungai
yang menyebabkan kerugian bagi masyarakat yang menggunakannya.
Pencemaran udara juga dilakukan oleh kendaraan yang sudah tidak
layak jalan, sehingga mencemari udara dengan bahan berbahaya seperti
timbal dan karbon monoksida. Selain itu, masih ada pabrik-pabrik yang
membuang limbahnya melalui udara. Pencemaran pada tanah juga
terjadi, karena masyarakat membuang bahan berbahaya yang dapat
membunuh organisme di dalam tanah yang diperlukan oleh tumbuhan.
Fasilitas umum biasanya disediakan oleh pemerintah yang digunakan
untuk keperluan masyarakat. Fasilitas umum yang mudah dijumpai, antara
lain fasilitas umum sebagai sarana transportasi, sarana pendidikan, dan
sarana kesehatan. Kendaraan umum, terminal, pelabuhan, merupakan
beberapa contoh sarana transportasi. Gedung sekolah, museum, gedung
olahraga merupakan contoh sarana pendidikan. Sedangkan rumah sakit,
apotek, puskesmas merupakan contoh sarana kesehatan. Seringkali
masyarakat kurang memelihara fasilitas-fasilitas umum tersebut,
sehingga tidak terawat dan rusak. Ketika fasilitas umum itu rusak
maka hak orang lain untuk menggunakannya akan terhambat. Dengan
memelihara dan melaporkan kerusakan, masyarakat dapat menjaganya
agar dapat digunakan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita menjumpai banyak sekali perilaku
tidak disiplin, misalnya di jalan raya. Kecelakaan lalu lintas dan kemacetan,
merupakan salah satu akibat dari perilaku tidak disiplin. Contoh perilaku
tidak disiplin antara lain: menjalankan kendaraan dengan melawan arus.
Mengendarai sepeda motor di tempat yang tidak semestinya, misalnya di
trotoar atau jembatan penyeberangan. Memarkir kendaraan di sembarang
tempat, berhenti untuk menurunkan dan menaikkan penumpang di
sembarang tempat, serta menyeberang jalan secara sembarangan, tidak
menggunakan jembatan penyeberangan.