Refleksi model 9 Gaya Round Robin – pembelajaran berdiferensiasi
Salam dan bahagia, ibu bapak guru hebat para pembaca web
cer-dik.com pada kesempatan ini saya akan mencurahkan jurnal refleksi dwimungguan
melalui web kesayangan kita semua ini. Jangan lupa sediakan cemilan agar lebih nyaman
dalam membaca artikel refleksi berikut, Selamat Membaca.
Pada kesempatan refleksi ini saya menggunakan refleksi model 9 Gaya Round Robin. Model ini terdiri dari tiga pertanyaan pemandu refleksi. Berikut ini beberapa pertanyaan berikut;
Hal apa yang paling anda kuasi setelah pembelajaran ini? Mengapa anda merasa hal tersebut sangat bisa membuat anda sangat kuasai.?
Menjawab pertanyaan pemandu pertama ini, saya merasa menguasai
ketika modul pembelajaran menjelaskan tentang profil belajar murid. Profil
berlajar murid yang mengulas gaya belajar anak berbeda antara satu dengan yang
lainnya. Gaya belajar yang terbagi menjadi tiga diantaranya audiotory, visual
dan kinestetik. Gaya belajar ini bisa saling berkombinasi antara ketiganya.
Namun hanya ada satu gaya belajar yang muncul secara dominan.
Setiap anak memiliki tiga gaya belajar ini dengan porsinya
masing-masing, dengan kombinasi masing-masing. Namun setiap anak akan memilih
metode atau gaya belajar yang nyaman untuk mereka gunakan. Misalnya anak yang
memiliki gangguan pada penglihatannya (mata minus) cenderung akan mencari
informasi dengan pendengarnya agar informasi yang didapat menjadi lebih jelas,
demikian juga sebaliknya.
Mengetahui gaya belajar yang miliki anak adalah hal yang penting
bagi guru dan orang tua. Agar orang tua dan guru dapat membuat strategi
pendekatan yang tepat untuk mengembangkan potensi yang miliki oleh anak
tersebut.
Saya merasa pada materi ini saya sangat menguasai karena
pada setiap awal tahun pembelajaran saya melakukan asesmen sederhana dengan
aplikasi online untuk mengetahui gaya belajar dominan yang dimiliki oleh anak.
Selain itu saya juga melakukan sosialisasi bagi secara umum maupun individu
kepada orang tua murid yang ingin berdiskusi lebih dapat tentang hal yang saya
temukan tersebut. Maka ketika muncul materi ini saya merasa cukup senang, karena
apa yang telah saya lakukan selama ini telah sesuai dengan konsep pembelajaran
berdiferensiasi.
Ada beberapa hal yang saya ragu untuk mengatakan bahwa saya
telah menguasinya. Diantaranya dalam melakukan asesmen diagnostik. Selama ini
saya menggunakan asesmen diagnostik hanya untuk mengetahui kompetensi pengtahuan
dan keterampilan yang telah dimiliki siswa melalu rapot (hasil belajar tahun sebelumnya).
Selain itu saya juga memberikan angket yang harus diisi oleh orang tua tentang
latar belakang keluarga dan melakukan observasi dan wawancara kepada guru
sebelumnya untuk mengetahui gambaran umum terntang profil murid.
Dalam modul ini dijelaskan asesmen diagnostic lebih rincin dan
detail. Mulai dari menganalisis kesiapan belajaran, minat, hingga profil murid.
Namun yang menjadi pertanyaan saya instrument seperti apa yang dapat
menggambarkan murid secara utuh sepeti ini. Apakah setiap awal pembelajaran
atau tema kita harus melakukan asesmen diagnostik? Lalu bagaimana strategi
penerapan asesmen diagnostik agar tidak menggangu waktu proses pembelajaran
inti.
Untuk mengatasi kebinggungan itu semua saya mencoba untuk
memberikan jeda kepada otak saya. Dalam proses jeda saya juga mencermati
kembali hal-hal apa yang saya lewatkan dan bagaimana saya harus mengejarnya. Saya
membuat perencanaan sederhana dan melihat aset yang saya miliki untuk mengatasi
masalah tersebut.
Hal yang pertama saya lakukan adalah belajar ulang dari berbagai
sumber yang melimpah, mulai dari google, youtube hingga spotify. Jika saya
masih belum menemukan pencerahan yang saya cari maka saya akan mencoba membuka
diskusi kepada teman-teman CGP yang menurut saya telah kompeten dan memiliki
jam terbang yang cukup dalam proses pembelajaran berdiferensiasi.
Jika kedua hal tersbebut masih belum cukup maka saya akan
membuka forum diskusi kepada pengajar praktik dan fasilitator yang memang sudah
memiliki kompetensi dalam proses pembelajaran berdiferensiasi khususnya
mengenai analisis diagnostik.
Hal yang membingungkan bagi saya adalah ketika masuk pada strategi
pembelajaran berdiferensiasi. Ada tiga point yaitu diferensiasi konten,
diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Poin kebingungan saya adalah
ketika masuk pada diferensiasi produk. Bagaimana menentukan rubrik penilaian
tersebut.
Namun kebingungan itu tidak berlangsung lama. Setelah adanya
forum diskusi sesama CGP dan fasilitator serta di kuatkan dengan forum diskusi
CGP dengan Instruktur.