Cerpen - Jupri sang penjaga (Bagian ke 1)
Di sebuah perkampungan dengan penduduk yang tidak terlalu
banyak. Kampung tersebut tepat beada pada sebuah lembah, dengan sungai indah
yang mengalir dan membelah perkampungan tersebut.
Sungai tersebut menjadi sumber kehidupan warga kampung. Dari
air sungai, sawah-sawah terjamin airnya. Tambak-tambak ikan tawar juga banyak
dibuat oleh warga kampung. Serta banyak juga warga yang menjadikan sungai
tersebut tempat melepas lelah seperti rekreasi, berenang, atau sebatas mancing dari
tepi sungai.
Namun sungai indah itu, dalam beberapa waktu akan menjadi sumber
bencana bagi kampung tersebut. Pasalnya letak kampung itu di tengah lembah, membuat air dari
berbagai gunung yang ada disekitarnya akan menyumbangkan air ke kampung
tersebut dalam jumlah banyak. Terlebih ketika musim hujan tiba. Keindahan akan
berubah menjadi sumber bencana.
Semua warga kampung tahu akan hal itu. Biasanya banjir besar
akan terjadi dalam kurun lima tahun sekali. Maka semua warga akan bersiap jika,
tanda-tanda dari alam sudah muncul. Misalnya hujan yang tidak berhenti-henti
selama satu minggu lebih, atau naiknya permukaan air sungai. Maka biasanya
mereka sudah siap untuk mengungsi.
Pagi yang cerah seperti biasanya. Jupri sudah siap untuk
melihat tambaknya yang ada ditepi sungai. Sebelum pergi disempatkannya menyeruput
kopi buatan istri yang sudah tersaji sedari tadi. Setelah ngopi dia pergi menuju
sungai menjalani rutinitas seperti biasanya.
Jupri merupakan salah satu warga kampung yang sudah tak muda lagi namun juga tidak
terlalu tua. Ketokohan Jupri cukup populer sebagai salah satu warga kampung. Hal
tersebut dikarenakan pekerjaan utamanya. Ia bekerja sebagai salah satu petugas
pintu air dari sungai yang mengalir di kampungnya. Dia bertugas mengatur berapa
dan kapan air sungai masuk ke desan dan irigasi warga.
Pintu air tersebut letaknya ada di batas luar kampung, tepat sebelum air dari aliran sungai masuk ke kampung. Disekitar pintu air langsung berbatasan dengan hutan yang masih asri, masih banyak hewan-hewan liar juga di sana. Jarang ada orang yang mau jadi penjaga pintu air karena harus menjaga pintu air dan terlebih menjaga dirinya sendiri.
Tak hanya itu, karena ia adalah petugas pintu air. Ia juga akan membawa berita ketika air udah mencapai ketinggian tertentu dan warga harus mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Tugas inilah yang membuat namanya cukup dikenal oleh hampir seluruh warga kampung.
Sesampainya di tambak miliknya dan pintu air tempat ia bertugas.
Seperti biasa ia memantau tinggi air, melihat keadaan di setikar tambak dan
pintu air. Dan bertemu dengan beberapa warga yang meminta air dari salah satu pintu
air di buka agar debit air ke sawahnya agak lebih besar agar cepat proses pengairannya.
Namun kegiatan rutin hari itu terusik. Ketika ia memandang kearah
hulu sungai, tepatnya di dekat hutan perbatasan desa. Ada seseorang yang duduk bersila, disampingnya terdapat tenda yang tidak terlalu besar, kira-kira hanya cukup untuk dua bahkan satu
orang saja.
Awalnya Jupri menganggap orang tersebut adalah orang yang sedang
mancing saja. Namun ini sudah hari ketujuh orang tersebut dengan tenda oren
tersebut duduk di tepi. Tanpa orang tersebut sadari ternyata Jupri mengamati kegiatannya
selama satu minggu ini.
Pada pagi hari orang tersebut hanya akan duduk bersila
sampai sekitar jam tujuh. Setelah jam tujuh orang tersebut akan masuk tenda
untuk berganti pakaian. Kemudian ia akan perlahan masuk ke sungai menuju ke
tengah dengan berjalan hingga yang terlihat hanya bagian kepala.
Kira-kira jam sepuluh ia akan menepi, namun tanganya selalu memegang
beberapa ekor ikan. Ia akan meletakan ikan tersebut pada sebuah wadah. Kemudian
ia akan berganti pakaian yang sebelumnya digunakan. Lalu duduk pada sebuah batu
tepat berada di depan tenda tepi sungai.
Orang itu akan mengangak tanganya ke langit, seperti orang
yang sedang berdo’a. Kemudian keaneh-keanehan terjadi di sekitarnya (Bersambung...)