Sebuah prasangka
Dalam kehidupan manusia dipenuhi dengan prasangka. Dalam bahasa
sederhana prasangka itu kita sebuat dengan "kira-kira". Dalam bahasa kaum intelek,
prasangka disebut dengan prediksi atau hipotesis.
Sumber prasangka adalah pikiran. Pikiran adalah kombinasi
akal dan hati. Akal berkoneksi dengan panca indera dan hati ia berdiri sendiri.
Akal kita sering istilahkan dengan otak. Otak akan bekerja sesuai dengan rangsangan
yang merupakan respon dari indera-indera yang kita miliki.
Hati bekerja secara terus menerus. Hati akan terkoneksi
dengan pencipta. Tugas hati adalah memverifikasi atau mengecek ulang dan menilai
ulang dari kerja akal.
Kerja akan pikiran terpantul dari tindakan dan pilihan.
Tindakan dan pilihan ini menjadi nilai diri yang juga dinilai oleh indera orang
lain yang kemudian juga akan dicerna oleh pikiran mereka.
Prasangka buruk
Sering kali hati akal bekerja dengan cepat hingga tidak
memberikan kesempatan untuk hati bekerja. Hasil dari proses yang tidak utuh ini
dipancarkan melalui indera. Hingga menimbulkan tindakan yang tidak tepat.
Ketidak tepatan ini tercermin dalam tindakan. Kemudian akan
diproses oleh pikiran orang lain. Ketika orang lain juga melakukan proses yang
tidak lengkap, sama dengan proses sebelumnya. Maka akan terjadi keos.
Keos merupakan kondisi dimana prasangka-prasangka mendominasi dalam tingkah laku. Dominasi prasangka pada diri akan menimbulkan “ketidak
enakan”. Pada fase selanjutnya rasa "tidak enak" menjadi dinding tebal yang membatasi
antara satu individu dengan individu lain.
Menerabas dinding tebal prasangka
Ketika kekeosan ini terjadi maka menyingkirlah. Lihatlah permasalah
dari jauh untuk waktu sebentar. Memberikan kesempatan untuk akal dan hati
bekerja secara penuh untuk merespon dan memberikan prasangka netral atau jika
bisa menjadikan prasangka positif.
Setelah tenang maka ambilah langkah kembali kemudian mulai
menjalin komunikasi positif. Beranikan diri untuk memegang dinding tebal "ketidak
enakan" dan mengkonfirmasi prasangka netral atau prasangka positif yang telah
kita temukan.
Prasangka yang kita miliki bukan untuk alat ukur. Namun memberikan
diri nilai lebih dari kondisi keos yang kita hadapi. Dengan memiliki nilai positif
ini kita secara tidak langsung akan memberikan aura positif dan kesempatan kawan bicara
untuk mengeluarkan prasangka positifnya.
Demikianlah kerja prasangka
Waallahualam bishawab