"Jempol mu, harimau mu. Jangan sampai timbangan dosa berat karena jempol"
Jurnal Kehidupan - Status Media Sosial.
Salam dan bahagian, sobat cer-dik.com pada kesempatan ini kita akan membahas status. Status dalam pembahasan kita bukan status kependudukan, status kepemilikan lahan, status ekonomi, apalagi status perkawinan. Namun yang akan kita bahas adalah "status" media sosial.
Status media sosial mulai dari facebook, instagram, twitter, hingga yang paling dekat dengan jempol kita yaitu status whatsapp. Kenapa paling dekat? karena whatsapp sudah secara de facto telah mampu menggeser kedigdayaan SMS, email, BBM, massager, dan aplikasi pesan cepat lain yang pernah populis di kehidupan kita.
Melalui status media sosial kita bisa membagikan banyak hal, mulai dari aktivitas yang kita lakukan, hingga perasaan atau ide yang kita miliki. Dari status media sosial juga kita menerima banyak hal, dari pengetahuan yang memang sengaja kita cari. Hingga pengetahuan yang tidak sengaja kita dapatkan.
Media sosial menggeser definisi kesosialan dan penerapan kesusilaan kita dalam berkehidupan. Banyak informasi yang menjadi pengetahuan yang bisa ketahuan, namun tidak sedikit informasi yang hanya sebatas hiburan. Bahkan pada level tertentu, informasi tersebut menjadi sampah yang tidak berguna dan malah membahayakan diri kita.
Informasi sampah
Mengapa status menjadi informasi sampah? Tentu di media sosial yang membuat kita jarang melakukan interaksi sosial secara langsung ini, kita memiliki teman. Dari relasi kantor, alumni sekolah, hingga keluarga. Semua relasi memiliki hak yang sama dengan kita yaitu membuat "status". Pada satu titik, kita dapat menilai orang lain, namun diwaktu yang sama kita juga harus siap dinilai oleh orang lain juga melalui sebuah "status" .
Setiap status tentu memiliki skala prioritas dari segi informasi, pengetahuan, hiburan, dan lain-lain. Namun apa jadinya jika kita sebagai diri atau individu tidak mengetahui skala prioritas dalam melihat status atau informasi dari media sosial.
Bahaya informasi sampah
Ada beberapa hal yang akan terjadi pada diri kita ketika kita mengkonsumsi informasi sampah. Pertama adalah disorientasi. Artinya kita tidak memiliki tujuan hingga kita akan mengalami kebingungan, berputar ditempat yang sama secara berulang-ulang. Saat kita sadar ternyata banyak hal yang sudah terlewatkan
Kedua ganguan mental ringan. Gangguan mental ini dapat dideteksi ketika kita mengalami ketergantungan pada gawai dan informasi sampah tersebut. Seolah-olah kita menunggu cerita berikutnya, bak sineteron di layar kaca yang membuat penasaran. Hati-hati looh. Ngeriii kan.
Ketiga, waktu yang terbuang. Semakin lama kita mengkonsumsi informasi sampah maka semakin sedikit waktu produktif kita. Harusnya kita bisa berkarya, namun karena candu atau penasaran akhirnya waktu terlewat begitu saja. Harusnya kita bisa baca artikel, baca buku, nulis, latihan vokal, atau istirahat tapi karena informasi sampah jadi semua terbengkalai.
Terapi positif lepas dari jeratan
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan ketika kita candu atau ada pada level penasaran akut. Hal-hal ini bertujuan untuk memulihkan mental dan tubuh kita dari tekanan psikologis atau fisik yang terjadi akibat informasi sampah.
Hal pertama adalah membatasi diri. Jika dalam sehari kita mengkonsumsi informasi sampah maka batasi penggunaan gawai kita. Buatlah pengaturan yang kita sepakati sendiri dengan kesadaran penuh.
Pembatasan juga bisa dilakukan bisa, dengan membuat kriteria apa yang boleh dan tidak boleh kita lihat. Atau apa yang boleh kita lakukan dan tidak lakukan. Jika ada beberapa yang tidak boleh kita lakukan secara tidak langsung kita lakukan tanpa sadar. Maka hukumlah diri kita untuk stop dan mengambil jarak dan mengevaluasi tindakan atau apa yang telah kita lihat.
Hal kedua ada puasa gawai. Puasa gawai bisa dilakukan untuk perubahan ekstrim. Tentu sulit karena informasi semua akan masuk melalui gawai. Tapi cobalah di waktu atau hari tertentu seperti pada weekend buatlah quality time dan tanpa gawai. Seberapa kuatkan kita.
Matikan kuota gawai mu diwaktu-waktu tertentu. Berikan kesempatan untuk akal, hati, dan badan kita berinteraksi dengan orang-orang nyata di sekitar kita.
Jika takut tertinggal informasi dinas. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan misal membuat kontak darurat untuk yang bisa dihubungi jika kita sedang off. Atau bisa juga melalui pemantauan berkala misalnya berdua jam atau tiga jam. Itu lebih baik loh.
Waallahualam bishawab