Pelaksanaan P5, ngeribetin aja gak sih?
Akhir semester pelajaran tiba ditandai dengan rampainya P5. Buat
kalian yang belum tahu apa itu P5. P5 adalah akronim dari Projek pengamalan
profil pelajar pancasilan. Projek pengamalan profil pelajar Pancasila menjadi
salah satu hal yang harus dilaksanakan (wajib) minimal satu kali dalam satu tahun
pelajaran. Begitu kurang lebih hal yang sampaikan oleh kepala sekolah saya saat
menjelaskan kegiatan P5.
Sebagai salah satu guru yang belum mendapatkan pengimbasan dari
kurikulum merdeka karena mengajar kelas 6. Saya awalnya iya-iya saja.
Beberapa guru yang mendapatkan pelatihanpun manggut-manggut saja. Dan dari
kebingungan berjama’ah melaksanaan
kurikukum merdeka ini semua saling tengak-tengok.
Entah bermula dari siapa dan bagaimana, semua guru menganggap
P5 adalah sebuah pesta besar untuk peserta didik tiap akhir tahun. Karena saya
mengajar di SD, tentu pestanya bukan mengundang band-band seperti the changcuters,
Sheila on 7, atau slank seperti jaman saya SMA dan kuliah. Namun lebih bersifat
tampilan-tampilan murid menari, drama, market day, dan lain sebagainya.
Beberapa sekolah di lingkungan tempat saya mengajar akhirnya
berlomba untuk menunjukan dirinya. Mulai dari flayer desain dari canva, spanduk
pengumuman, hingga panggung bahkan tenda yang disewa khusus untuk terselenggaranya
P5. Semua berlomba dalam status WhatsApp, dan bahkan tidak jarang share ke
group WhatsApp yang sedang sepi.
Guru salah paham, orang tua gak mau ribet
Nah, tentu guru-guru di sekolah tempat saya
mengajarpun tak mau kalah. Dan saat itu kepala sekolah menugaskan saya sebagai
ketua pelaksana. Karena saya juga belum medapatkan konsep dan gagasan yang
untuh tentang P5 akhrinya saya buat acara semeriah mungkin.
Beberapa konsep diramu menjadi satu. Ada kelas yang menjadi petugas
market day. Barang-barang yang dijual adalah makanan khas daerah Betawi. Ada kelas
yang difokuskan pada tampilan bernyanyi, menari, bahkan palang pintu.
Untuk menyiapkan tampilan-tampilan itu, tentu guru menyisikan
waktu belajar agar penampilan anak-anak muridnya bagus, atau minimal gak buat
malu gurunya. Waktu belajar akhirnya terganggu dengan jadwal P5.
Di internal gurupun secara tidak langsung akhirnya terjadi lomba
saling bagus-bagusan. Hingga yang terjadi bukan saling dukung tetapi saling
kritik. Masalah yang timbul sekecil apapun harus dicari siapa yang salah dan
ditujukan kesalahanya di depan yang lain.
Dari sisi orang tua sebenernya mereka mau-mau enggak-enggak.
Menurut beberapa orang tua yang mengeluh ke saya, mengapa harus ada P5 dan mengapa
harus ini dan itu. Point utama mereka adalah keberatan untuk satu, mengeluarkan
uang. Karena harga sewa konstume tari saja sudah lumanya ditambah make up. Sementara
pendapatan mereka sedang kurang lancar.
Dua, mereka gak mau ribet. Banyak orang tua yang ogah
berkontribusi ketika dimintai kerelaanya. Misalnya bantu pengawan ke murid saat
berlangsung market day, atau menyediakan makana tradisional untuk bahan
dagangan anaknya.
Bahkan ketika ada kegiatan bersama yang tujuan dari kegiatan
tersebut adalah penggembangan diri dari potensi anaknya mereka saling tujuk-tujukan.
Dengan berbagai alasan menghindar dari jagain adik anaknya, hingga sibuk dan tak
ada waktu. Sedih juga sih saya sebagai guru, kalau dengar orang tua lebih
milih sibuk kerja dibanding anaknya yang hanya minta waktu sedikit untuk
diapresiasi.
Tujuan utama P5 simpel banget
Sebenarnya jika mau berdiskusi lebih panjang, membaca lebih
banyak, dan mendengar lebih lama tentang konsep kurikulum merdeka. Tujuan dari
pelaksanaan P5 adalah penanaman enam profil pelajar Pancasila. Beriman bertakwa
beraklak mulia, berkebhinekaan global, gotong royong, mandiri, kreatif, dan
bernalar kritis.
Menurut diskusi dengan teman saya yang juga guru sekolah
penggerak angkatan pertama. Bahwa untuk melaksanakan P5 guru tidak perlu
cape-cape sediakan panggung, nyiapin anak nari dan lainnya. Karena P5 itu bukan
acara puncak. P5 adalah pengalaman profil, jadi yang sederhana asal sesuai
pengalamannya juga bisa dikatakan P5.
Guru harus secermat untuk melihat masalah yang dihadapi murid,
misalnya masalah lingkungan. Berangkat dari masalah tersebut guru merancang
kegiatan bersama-sama murid untuk memberikan solusi yang mungkin dampaknya
kecil atau bahkan tidak ada. Namun yang dinilai adalah upaya memberikan solusi
dan menyelesaikan masalahnya sesuai dengan enam profil pelajar Pancasila.
Semoga artikel ini bisa memicul kita untuk memahami lebih
dalam tentang tujuan pelaksanaan P5. Jika masih kurang jelas, tujuan P5 juga
tertera website kemendikbud. Atau banyak literatur yang sudah bahas tentang P5.