Sedari kecil pendar cahaya di malam hari sering membuat ku masuk ke dimensi yang aku ciptakan. Dimana aku adalah sutrada yang sekaligus pemeran utama. Berjam-jam aku harus menata napas agar keluar dengan teratur.
Dongen para orang tua begitu nyata di kepala. Tentang perjuangan mereka melawa jepang. Agresi militer yang menyerang jogja. Hingga gestapu dan perkara politik yang berkelindan di dalamnya. Alunan gamelam dari radio tua sering mengiringi lamun ku sebelum benar ku terlelap.
Aku tidur diantara simbah yang ku kira ayah dan ibu ku. Aku memanggilnya simbah, tapi yang lain memanggilnya bapak. Maka sebagai bentuk kebingungan dan kreativitas maka aku menggabungkan menjadi mbah bapak. Manusia bijaksana yang suka mendongen, memberi nasihat. Kata-katanya bagai rumus matematika bagi ku yang masih 4 tahun.
Sebagai orang kecil yang belum tahu apa itu dunia. Bagiku bahagia dan duka sama saja. Pagi hari harus mandi, makan harus pakai sayur, dan wajib tidur siang. Semua aktivitas yang diingkan orang dewasa. Tapi bagiku rutinitas ini sangat menyiksa.